Spiga

Eskimo dan Bahasa

Kemarin malam, saya tidak berkesempatan untuk mengunjungi "rumah" saya ini karena sudah sangat lelah setelah seharian memperbaiki"nya" dan menulis posting di dalamnya.Saya mengisi waktu dengan membaca sebuah buku yang berisi mengenai kisah - kisah teladan. Sebuah kisah yang membuat saya tersentuh karena hikmahnya yang sangat besar bagi saya yang bercita - cita untuk menjadi seorang Aktivis, Politikus dan Diplomat.

Kisah tersebut dimulai ketika seorang Eskimo Greenland diikutsertakan dalam sebuah ekspedisi Amerika Serikat ke Kutub. Sebagai imbalan atas bantuannya dalam riset tersebut, dia diajak untuk berkunjung ke kota New York. Dia, si Eskimo Greenland sangat kagum dengan semua keajaiban yang dilihat dan didengarnya.

Ketika ia kembali ke desa asalnya, dia menceritakan tentang gedung - gedung yang menjulang tinggi ke angkasa dan mobil - mobil di jalan yang dilukiskan dan diceritakannya sebagai rumah - rumah yang bergerak di atas rel dengan orang - orang yang tinggal di dalamnya. Dia berbicara tentang jembatan - jembatan yang besar, lampu yang gemerlapan dan segala keunikan kota New York lainnya.

Orang - orang di desanya memandangnya dingin dan menjulukinya sebagai "Pembohong". Julukan ini ia bawa dengan rasa malu hingga ke liang kubur. Jauh sebelum kematiannya, nama aslinya sudah terlupakan sama sekali di seluruh desa tersebut.

Waktu-pun bergulir, selang beberapa tahun kemudian ada seorang peneliti bernama Knud Rasmusen yang mengadakan perjalanan dari Greenland ke Alaska, dia ditemani oleh seorang Eskimo lainnya bernama Mitek yang berasal dari desa yang sama. Mitek kemudian juga diajak untuk berkeliling Copenhagen dan kota New York sebagai imbalan atas pendampingannya pada perjalanan tersebut...


Kemudian, sekembalinya ke Greenland, ia teringat akan kisah tragis si "Pembohong" dan memutuskan untuk tidak menceritakan kebenaran itu. Sebaliknya ia menceritakan hal - hal yang dapat dimengerti oleh masyarakatnya sehingga menyelamatkan reputasinya. Dia menceritakan kepada mereka bagaimana dai dan Dr.Rasmusen tetap berusaha di atas perahu di pinggiran sungai besar Hudson dan bagaimana setiap pagi mereka keluar berburu itik,bebek dan anjing yang banyak berkeliaran di sana.

Mitek mengatakan sangat menikamti perjalanannya bersama "orang asing" tersebut. Mitek, di mata para penduduk desanya, adalah orang yang sangat jujur. Mereka memperlakukan dia dengan hormat.

Berbicaralah dengan Bahasa Kaum, keluar dari batas tersebut pilihannya hanya dua : Menjadi Asing atau Diasingkan.






pejalanrasa mengatakan...

tapi kadang kita memang butuh untuk meng'umum'kan bahasa kita sendiri yg kadang tidak sesuai dengan bahasa kaum, walo imbalannya adalah menjadi asing ato diasingkan [konsep menjadi ghuraba maksudku, hhe]

Mr.Ozay mengatakan...

harus itu..jd bahsa kita bs dikenal orang..

Hauserr mengatakan...

yah...
yah...

terkadang maksud yang disampaikan baik, tetapi orang lain menganggapnya sebagai sebuah hal yang buruk dan meremehkan...

Your cOmment"s Here! Hover Your cUrsOr to leave a cOmment.